Pada tanggal 18April 2015
menjadi hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Hari dimana semua rasa
ketakutanku akan gunung sirna sudah. Hari dimana aku muali merasakan jatuh
cinta pada pandangan pertama pada sebuah gunung yang ternyata sangata bersahabat.
Dan hari itu aku sangat bersyukur menjadi warga Indonesia yang memiliki alam
yang begitu indah.
Dieng bukanlah
tempat tujuan utamaku untuk berwisata. Mendengar kata Dieng hanya sekilas saja
ketika 2 tahun yang lalau temanku akan berwisata kesana. Namun tak ada rasa
penasaran yang berarti. Namun, mendegar kata Dieng tahun ini sungguh rasanya
berbeda ketika temanku mengajakku untuk pergi ke Dieng. Dia berhasil
meyakinkanku bahawasanny gunung bukan tempat yang Mengerikan justru Golden
sunrise terbaik ada di Daerah ini, jawabnya dengan mantap.
Akhirnya
kuputskan tgl 18 April 2015 untuk bergabung bersama temanku mengikuti trip ke
Dieng. Dengan syarat aku harus mau menemaninya untuk bersilahturahim ke rumah
temannya yang akan menikah tgl 17 April 2015 di Daerah Purbolinggo.
Hari yang
dinaantikan pun tiba kami berangkata dari Bandung 7 orang menggunkan mobil
pribadI. Berangkat pada Malam jumat dan Alhamdulillah kami tiba di Purbolinggo
pada jumat pagi pukul 07.00 di tempat kediaman rumah sahabat dari temanku yang
akan melangsungkan pernikahan. Bonusnya ketika menghadiri pernikahan ini . kami
menyaksikan sendiri adat dari pernikahan yang notabane hamper sama dengan
kebudayaan sunda hanya berbeda dari bahasa yang mereka gunakan.
Selepas
menghadiri acara pernikahan, maka saatnya kita menuju tempat yang sangat
ditunggu menuju tempat wisata Dieng yang berada di daerah Wonosobo. Rasa
penasaranku kian bertamabah besar ketika banyak mencari informasi tentang
tempat wisata ini bermodalakan browsing, Tanya agen travel, sampai mencari tahu
teman yang pernah berkunjung ke tempat ini kemudaian mewanacarainya semuanya
menyimpulkan Dieng memiliki tempat Golden Sunrise juara se Pulau Jawa.
Rsa takut itu
kembali muncul ketika nafsu sudah tenggelam oleh logika. Jika memang mau
melihati Sunrise di tempat ketinggian berarti hrus menaiki gunung yang sangat
tinggi, apakah akses jalan kesana sudah bagus? Jika harus dini hari kesana
apakah sudah ada penerangan yang memadai? Sejuta rasa ketakutan kembali menguak
ke permukaan. Tetapi, temanku berhasil meyakinku kembali tenanag banyak orang
yang ingin berkunjung kesana akses kesana mungkini sudah bagus. Mungkin? Kata
yang tidak pasti aku melihat mendgara kesaksikan orang-orang yang sudah pergi
kesana pun hanya banyak diceritakan saat mereka sudah berada di puncak
gunungnya. Benar-bemar misteri yang harus kita rasakan sendiri, tak ada yang
pasti semua orang mungkin merasakan hal dan sensasi berbeda untuk menju puncak
Golden sunrise Sikunir Dieng.
Hutan dan Jalan
yang berkelok
Sekitar Pukul
15.00 kami bergegas pergi dari Purbolinggo menuju Dieng. Rupanya semua
teman-temanku yang mengikuti trip ini tak ada tau menuju jalan Dieng, bermodal
GPS dan menanyakn pada pendudk setempat kami bergegas menelusuri daerah
tersebut. Melihat petunjuk arah jalan yang berada di sepanjang jalan juga
sangat membantu kami untuk sampai pada daerah Dieng. Petunjuk jalan tersebut
memang sangat membantu kami untuk sampai ke daerah Dieng. Namun, saat kami tiba
di pertigaan jalan dan melihat jalan bertuliskan Dieng lurus Wonosobo belok
kanan reflek saja kami mengikuti jalan tersebut menuju arah Dieng dan ternyata
hal tersebut membuat perjalanan sangat lama karena jalan yang kami pilih adalah
jalan memutar atau jalan lain menuju Dieng dimana dipinggir kanan kiri
perjalana kami ditemani oleh hutan yang dipenuhi oleh pohon-pohon yang rindang
serta jalan yang berkelok-kelok naik turun tak tahu dimana ujung dari jalan
ini.
Matahari sudah
tenggelam namun kami belum sampai juga pada tempat yang kami tuju. Setiap kali
keluar dari hutan masuk pada kawasan rumah penduduk disambung kembali dengan
hutan-hutan yang berpohon rindang. Karena sudah tiba waktunya shalat Magrib
kami pun beristirahat sejenak di sebuah masjid dekat Hutan. Udara dingin sudah
mulai terasa menusuk sampai tulang. Kami yang berada di Mesjid tersebut menjadi
pusat perhatian warga, merkea menyambut kami dengan ramah menanyakan asal usul
kami dan tujuan kami. Saat kami berkata Dieng merkea berkata sudah dekat kalau
Dieng sekitar 7 KM lagi dari sini. Lega rasanya Dieng sebentar lagi akan segera
kita kunjungi . walaupun 7 KM bagi kami masih lumayan jauh untuk ditempuh.
Perjalanan pun
kami lanjutkan, masih sama dengan perjalanan sebelumnya kiri kanan kami adalah
hutan dengan penerangan yang sangat minim. Dan akhirnya kami tiba juga di
tempat wisata Dieng. Tempat wisata dengan berbagai macam keindahan alam
Indonesia yang akan disusguhkan disini mulai dari Golden Sunrise Sikunir,
Telaga wrana, Candi arjuna, Dieng platu, telaga kecebong, Gunung Prau, dan
masih banyak lagi tempat yang disuguhkan di kawasan ini.
Booking
penginapan Via Online
Saat pertama
kali sampai di kawasan ini semua sepakat untuk mencari tempat penginapan untung
saja kami sudah membookingnya jauh-jauh hari. Kmi temukan penginapan ini dari
situs online travel Dieng. Awalanya memang ragu karena takut akan penipuan
namun ketika pihak dari hotelnya meminta untuk Dp dulu membayarnya dan
pelunasan saat tiba dilokasi serta diberikan tanda bukti bookingan penginapan
kami percaya terlebih ketika sudah sam[ai Dieng kami diarahkan untuk menuju
penginapan yang ditujukkan. Kami sampai di penginapan sekitar pukul 20.30 waktu
setempat.
Penginapan
dikawasan Dieng memang sudah cukup banyak ada yang bergayakn hotel, homestay
ataupun jika ingin hemat bisa dengan menyewa tenda lokasinya adalah di kakai
bukit sikunir tepatnya di pinggir Telaga cebong banyak sekali orang-orang yang
mendirikan tenda di daerah tersebut.
Jika memang
ingin di sebiah hotel dan homestay pastikan memiliki kamar mandi yang
menggunakan pemasa air. Karena udara di Dieng sangat dingin 7-19 derajat
celcisu bahakan musim kemarau bisa mencapai -7 derajat celcius. Embun pun
berubah menjadi butiran-butiran salju tak heran daerah ini dijuluki sebagai
“Daerah Eropanya Indonesia”.
Sayangnya kamar
aku dan temanku kurang beruntung taka da pemanas walhasil, kami harus menggigil
kedinginagan ketika memasuki kamar mandi. Kamar mandi saat itu seperti lemari
es yang air mengalirnya siap untuk menusuk-menusk tulang kita sampai menggigil
kedinginan.
Kuliner khas Dieng
Malam memang sudah
semakin larut, namun untuk urusan perut tak bisa dikompromi walaupun badan
meminta haknya untuk segra beristirahat. Sekitar pukul 22.30 kami pergi keluar
penginapan untuk mencari makanan, untung saja masih ada warung tenda yang buka
dan menawarkan kami berbagai aneka makanan termasuk salah satunya adalah
makanan khas Dieng yaitu Mie Ongklok, Mie Ongklok sejenis makanan sperti Lomie
terdiri dari Mie, sayuran, sate ati ampela, yang disiram oleh kuah kental yang
terbuat dari Ubi. Rasanya sebenarnya sangat enak hanya saja jangan berharap
makanan berkuah panas akan bertahan lam karena baru ditinggal sebnatar saja
makanan ini sudah aagak dingin dan mienya pun sudah agak “bekah” , karena
memang lapar sedikit demi sedikit
makanan itupun habis dilahap ditengah dinginnya udara.
Tak hanya mie
ongklok saja yang ada di daerah ini. Dieng memiliki buah yang khas namanya
carica masih satu spesies dengan peppaya karena bentuk dan rasanay pun seperti
papaya hanya saja daging buah carica ini lebih kasar. Orang-orang Dieng banyak
memanfaatkan acarica ini menjadi manisan yang telah dikemas secara cantik dan
layak untuk dibwa pulang sebagai oleh-oleh untuk keluarga atau kerabat
tercinta.
Selain itu Dieng
penghasil kentang dan jamur yang berlimpah. Kentang yang berukuran kecil sampai
besar ada didaerah ini. Rasanya memang sanagt berbeda sanagat gurih. Apalagi
dikawasn wisata ini banyak dijula kentang dan jamur goreng yan bisa dengan
mudah kita beli dan kita santap dikawasan wisata ini. Jika ingin dibawa pulang,
bisa membelinya langsung dikebunnya pastinya dengan harga yang terjangkau.
Mendaki Sikunir
Sikunir sendiri
adalah nama sebuah Desa yang berada di wilayah Dieng. Menurut para warga
sekitar Sikunir ini adalah merupakan desa tertinggi di pulau Jawa. “Golden
Sunrise” menjadi daya tarik para turis local maupun mancangera untuk berkunjung
ke daerah ini.
Perjalaanan yang
sesungguhnya pun dimulai disini, perjalanan yang tak pernah saya bayangkan
sebelumnya. Dimana saya harus mendaki sebuah bukit yang begitu terjal bagi saya
ini seperti gunung. Memang banyak sekali para wisatawan yang kaan mendaki bukit
ini. Dibawah kaki bukit ini sudah banyak orang yang mengantri untuk menuju
puncak Sikunir apalagi kalau bukan untu menyaksikan golden sunrise yang kata
orang dan saya lihat sebelumnya hanya lewat dunia maya.
Sekitar Pkl
04.15 tanpa penerangan dan diniginnya udara didaerah itu kami ber enam mulai
memasuki kawasan Sikunir, jalan pun sudah cukup terjal dengan harus meniki anak
tangga yang masih berbbatuan, dengan penerangan seadanya lewat senter yang kami
bawa. Kami terus naik melewati tangga batu. Untuk sampai ke puncaknya sendiri
kami memerlukan waktu sekitar 1-2 jam, dengan waktu seperti itu tak heran di
tengah perjalan ada beberapi pendaki yang kami temukan terdenagr kelelahn , berdiam
sejenak karena memang gelapnya puncak tersebut dan kami tidak bisa melihat
mereka dengan jelas.
Sempat ingin
berhenti tak ingin mneruskan perjalanan karena jaln ke puncak bukannya semakin
bagus malah semakin terjal dan mulai harus mendaki tebing. Namun, karena
keinginana yang snagat kuat untuk berburu golden sunrise semangat itu datang
kembali, terlibih kami saling menyemangati satu sama lain. Terdengar suara
guide di belakang kami bahwasannya sebenatar lagi kami akan tiba di puncak.
Malam memang
semakin memudar pertanda sang fajar akan terbit. Namun terbit dengan menampakan
warna yang sangat indah. Karena ingin segera sampai pada puncak sikunir, kami
pun dengan cepat mendaki tak peduli rasa lelah bahkan tak menyadari bahwasanaya
kiri kanan kami adalah jurang yang kami sadari setelah faajr terbit dengan
sempurna ‘menyemburkan” cahaya pada waktu semestinya.
Akhirnya kami
tiba di puncak tersebut. Beridam diri sejenak termenung melihat keindahnna sang
fajar terbit dengan gagahnya menyapa para wisatawan yang sudah menunggu diatas
bukit. Bagiku pengalaman itu adalaha pengalaman terdahsyat, pengalamn indah
yang pernah saya alami. Menyaksikan sendiri Ciptaan sang maha kuasa terbit
memebrikan manaaft bagi HambaNya didunia.
Sebagi manusia
yang tak ada apa-apanya, hanya sebutiran debu tetapi memeiliki dosa setinggi
gunung.
Warna keemasan
dari matahari terbitu kami saksikan sendiri. Atau orangnya menyebutnya “Golden
Sunrise”. Saya pribadi tak bisa berkata bata hanya mengucapkan syukur yang tak
terkira, pada hari itu saya melangkah lebih tinggi bukan untuk menyombangkan
diri namun tersadar untuk berserah diri padaNya.
Selepas matahri
terbit dengan sempurna . tand a”pertunjukan” besar itu sudah selesai. Para
sebagian wisatawan ada yang memang langsung turun gunung. Ada pula yang
mengabadikan moment tersebut dengan gaya “selfie” “welfie”, dan lain
sebagainnya. Saya pun memilih untuk mengabadikan moment ini dengan kamera yang
terlah kita siapkan. Moment-moment terbaik pun kami bidik sebagai kenangan yang
akan kita kenang selalu. Walaupun itu semua tidak akan cukup mewakili dengan
betapa bertanya perjuangan menuju puncak ini. Semua kenangan itu akan saya
rekam di memori saya pribadi, sebagai momemn perubahan untuk menuju pribadi
yang lebih baik.
Puas mengambil
photo terbaik kami pun bergegas untuk turun gunung kurang lebih sekitar pukul
08.00 kami mulai bergegas untuk turun gunung. Jangan khawatir untukpersediaan
makanan atau minuman. Karena di puncak sana ada pedagang kaki lima yang
menjuala makanana dan minuman, tentunya dengan harga yang cukup mahal dari
harga biasanya kita beli.
Dieng Plateu Theather
Seleasi mendaki
Sikunir kami segera bergegas untuk melanjutkan tempat wisata selanjutnya. Dan
kami memilih Dieng Plateu theather sebagi tempat berikutnya untuk kami
kunjungi. Bangunana Dieng Plateu Theather ini di desain seperti biosokp namun
tidak secanggih bioskop sekarang, untuk masuk ke ruangan ini memerlukan biaya
sekitar Rp4,000 .
Tempat ini
adalah tempat pemutaran terjadinay kawasan Dieng, sejarah daerah ini terbentuk
dan menjelaskan juag tentang kandungan kawah-kawah belerang yang ada di Daerah
ini. Informasi yang diberikan memang sangat bermanfaat hanya saja film
documenter yang terlalu kakau dan formil membuat saya pribadi cukup bosan untuk
menontonnya. Namun, jangan Anda lewatkan karena di film ini banyak sekali
informasi-informasi yang akan kita dapat,Film ini berdurasi sekitar 30 menit.
Fenomena Anak Gimbal
Selain makanan ,
tempat wisata yang telah dibahas sebelumnya. Dieng juga memiliki fenomena anaeh
terhadapa anak kecil. Ada beberapa anakkecil yang kami jumpai berambut gimbal
baik laki-laki ataupun perempuan. Konon rambut gimbal tersebut bisa mebawa sial
ataupun manfaat bagi anak tersebut. Rambut gimbal tersebut dikarenakan faktor
genetic dari orang tuanya.
Tak heran
sekitar bulan Agustus Dieng memiliki ritual khusus yaitu Dieng culture
festival, dimana pada event ini dikumpulkan anak-anak gimbal Dieng untuk
dipotong rambutnya. Agar di kehidupannya tidak sial. Selepas potong rambut
orang tua anak ini wajib memenuhi keinginana anaknya apapaun yang diminta harus
dipenuhi.
Hujan Turun di Kawasan Dieng
Selepas
mengunjungi dua tempat wisata ini kami berniat untuk kembali ke tempat
penginapan. Beristirahat sejenak sambil memperispakan perjalan ke tempat
selanjutnya. Karena ada beberap tempat yang be;um kami kunjungi seperti candi
arjuna dan telaga warna. Masuk ke kawasan wisata Dieng ini memang harus
membayar tiket masuk. Tetapi sangat terjangkau kisaran 4000 – 10,000 untuk
masuk ke tempat wisata yang ada di Dieng.
Setelah selesai
istirahat, kami memutuksan untuk melanjutkan perjalanan. Namun sayang, udara
pada hari itu kurang bersahabt. Hujan pun turun dengan derasnya dan cukup lama
kami menunggunya sekitar 4 jam. Akhirnya kami urungkan niat untuk pergi kesana
dan memutuskan untuk kembali ke Bandung.
Menjelajah
kawasan dieng memanag belum seluruhnya
kami kunjungi. Hnaya saja menurut saya berkunjung mendaki bukit Sikunir sudah
mewakili semuanya. Mewakili keindahan Dieng dimaan menjadikan kita makhluk yang
pandai untuk bersyukur atas apa yang Allah ciptakan tentang kuasaNya untuk
membuat alam ini menjadi sangat indah.
Tips berlibur ke Dieng
1.
Persiapkan jaket, kaos kaki, sarung tangan ,
senter, sepatu mengingat udara Dieng sangat dingin terlebih pada musim kemarau
mencapi -7 derajat celcius. Untuk sepatu 7 senter khusus bagi kalian yang ingin
mendaki bukit sikunir
2.
Jika ingin memesan penginapan bisa melalui situs
resmi Dieng, informasi tentang wisata, penginpan ada disitus tersebut. Karena
memesan lewat online jangan malu untuk menanyakan cara booking,
biaya kamar, tipe kamar, cara transaksi, dll.
3.
Bagi sahabat-sahabat yang alergi dingin, atau mempunyai asma
wajib membawa obat pribadi , karena cuaca Dieng yang sanagt dingin.
4.
Pastikan tempat pengonapan yang Anda kunjungi memilki
kamar mandi yang menyedikan
pemanas air . karena masih terbatasnya penginapan yang memiliki air panas ,
jika ada bisanya terkendalan
dengan pemanas yang rusak, baterai
pemanas habis, dll
5.
Jika Anda suka akan kebudyaan Indoensia akan
baiknya untuk datang ke Deing pada bulan Agustus karena ada event Dieng Culture
Festival, dan bersiaplah pada bulan ini Anda akan menyaksikan embun yang berubah
menjadi es. So, siapkan perlengkapan jaket, obat-obatan, dll
dengan baik.
6.
Jika Anda kurang menyukai kebudayaan atau tidak menyukai keramaian, ingin
bersanta ria menikmati Dieng. Bisa datang di musim-musim hujan karena memang
pengunjung tidak terlalu padat, hanya saja konsekuensinya
adalah hujan yang bisa menghentikan
perjalanan kita. Di musim ini
justru tidak terlalu dingin.
Semoga
bermanfaat dan selamat menikmati
keindahan Dieng.