Friday, November 25, 2016

Berbagi Cerita lewat Espresso




Suatu hari saya diundang seorang teman untuk datang ke sebuah cafe yang berada di kota Bandung. senang rasanya bisa bertemu lagi dengan teman lama saya itu karena saat dia mengundang saya dia sudah menjadi pebisnis sukses dan suatu undangan yang istimewa bagi saya karena ditengah kesuksesannya dia masih mengingat saya.


Tak banyak berubah dari teman lama saya itu tetap seperti masa kuliah dulu hanya saja dia terlihat lebih rapih dan gemuk serta di ata bibirnya mulai terlihat kumis tipis.
Saat berbincang kesana kemari saya pun menanyakan tips sukses bisnis darinya. Namun, dia tak langsung menjawab di memanggil seorang pelayan kemudian memesan 2 buah kopi Espresso. Saya pribadi sempat menolak karena saya tidak suka dengan kopi, dia pun hanya berkata "Kopi Espresso di sini sangat enak coba saja dulu".

Sekitar 5 menit kemudian datang pesanan 2 cangkir kopi espresso. Dalam hati aku berbicara kecil sekali kopi yang disajikannya pastinnya tak akan menghapus rasa hausku. Namun tetap harus aku meminumnya karena itu pemberian dari temanku. Aku pun mengambil cangkir tersebut dan mulai menyeruput kopi tersebut. Dan rasanya,,, PAHIT..PAHIT SEKALI.


Aku pun berbicara pada temanku tentang rasa dari kopi itu, dia hanya menjawab coba lagi kau akan merasakan kenikmatnnya kopinya untuk yang kedua kali dan setersunya. Aku pun mencoba lagi dan terus mencoba lama-lama aku mulai menikmatinya karena rasannya lama-lama sangat manis.

Dan temanku pun berrbicara seperti itulah bisnisku. seperti rasa kopi espresso, awalnya aku terjatuh berkali-kali meraskan hal yang terpahit dalam menjalani bisnisku. Tetapi setelah aku menikmati dan mensyukuri semuanya aku merasakan kenikmatan dalam berbisnis dan bisa untuk mencapai kesuksesan yang luar biasa.

Thursday, November 24, 2016

Dieng, Pesonamu Mengalihkan Duniaku!




Pada tanggal 18April 2015 menjadi hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Hari dimana semua rasa ketakutanku akan gunung sirna sudah. Hari dimana aku muali merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama pada sebuah gunung yang ternyata sangata bersahabat. Dan hari itu aku sangat bersyukur menjadi warga Indonesia yang memiliki alam yang begitu indah. 

Dieng bukanlah tempat tujuan utamaku untuk berwisata. Mendengar kata Dieng hanya sekilas saja ketika 2 tahun yang lalau temanku akan berwisata kesana. Namun tak ada rasa penasaran yang berarti. Namun, mendegar kata Dieng tahun ini sungguh rasanya berbeda ketika temanku mengajakku untuk pergi ke Dieng. Dia berhasil meyakinkanku bahawasanny gunung bukan tempat yang Mengerikan justru Golden sunrise terbaik ada di Daerah ini, jawabnya dengan mantap.

Akhirnya kuputskan tgl 18 April 2015 untuk bergabung bersama temanku mengikuti trip ke Dieng. Dengan syarat aku harus mau menemaninya untuk bersilahturahim ke rumah temannya yang akan menikah tgl 17 April 2015 di Daerah Purbolinggo.

Hari yang dinaantikan pun tiba kami berangkata dari Bandung 7 orang menggunkan mobil pribadI. Berangkat pada Malam jumat dan Alhamdulillah kami tiba di Purbolinggo pada jumat pagi pukul 07.00 di tempat kediaman rumah sahabat dari temanku yang akan melangsungkan pernikahan. Bonusnya ketika menghadiri pernikahan ini . kami menyaksikan sendiri adat dari pernikahan yang notabane hamper sama dengan kebudayaan sunda hanya berbeda dari bahasa yang mereka gunakan.
Selepas menghadiri acara pernikahan, maka saatnya kita menuju tempat yang sangat ditunggu menuju tempat wisata Dieng yang berada di daerah Wonosobo. Rasa penasaranku kian bertamabah besar ketika banyak mencari informasi tentang tempat wisata ini bermodalakan browsing, Tanya agen travel, sampai mencari tahu teman yang pernah berkunjung ke tempat ini kemudaian mewanacarainya semuanya menyimpulkan Dieng memiliki tempat Golden Sunrise juara se Pulau Jawa. 

Rsa takut itu kembali muncul ketika nafsu sudah tenggelam oleh logika. Jika memang mau melihati Sunrise di tempat ketinggian berarti hrus menaiki gunung yang sangat tinggi, apakah akses jalan kesana sudah bagus? Jika harus dini hari kesana apakah sudah ada penerangan yang memadai? Sejuta rasa ketakutan kembali menguak ke permukaan. Tetapi, temanku berhasil meyakinku kembali tenanag banyak orang yang ingin berkunjung kesana akses kesana mungkini sudah bagus. Mungkin? Kata yang tidak pasti aku melihat mendgara kesaksikan orang-orang yang sudah pergi kesana pun hanya banyak diceritakan saat mereka sudah berada di puncak gunungnya. Benar-bemar misteri yang harus kita rasakan sendiri, tak ada yang pasti semua orang mungkin merasakan hal dan sensasi berbeda untuk menju puncak Golden sunrise Sikunir Dieng. 


Hutan dan Jalan yang berkelok 

Sekitar Pukul 15.00 kami bergegas pergi dari Purbolinggo menuju Dieng. Rupanya semua teman-temanku yang mengikuti trip ini tak ada tau menuju jalan Dieng, bermodal GPS dan menanyakn pada pendudk setempat kami bergegas menelusuri daerah tersebut. Melihat petunjuk arah jalan yang berada di sepanjang jalan juga sangat membantu kami untuk sampai pada daerah Dieng. Petunjuk jalan tersebut memang sangat membantu kami untuk sampai ke daerah Dieng. Namun, saat kami tiba di pertigaan jalan dan melihat jalan bertuliskan Dieng lurus Wonosobo belok kanan reflek saja kami mengikuti jalan tersebut menuju arah Dieng dan ternyata hal tersebut membuat perjalanan sangat lama karena jalan yang kami pilih adalah jalan memutar atau jalan lain menuju Dieng dimana dipinggir kanan kiri perjalana kami ditemani oleh hutan yang dipenuhi oleh pohon-pohon yang rindang serta jalan yang berkelok-kelok naik turun tak tahu dimana ujung dari jalan ini. 

Matahari sudah tenggelam namun kami belum sampai juga pada tempat yang kami tuju. Setiap kali keluar dari hutan masuk pada kawasan rumah penduduk disambung kembali dengan hutan-hutan yang berpohon rindang. Karena sudah tiba waktunya shalat Magrib kami pun beristirahat sejenak di sebuah masjid dekat Hutan. Udara dingin sudah mulai terasa menusuk sampai tulang. Kami yang berada di Mesjid tersebut menjadi pusat perhatian warga, merkea menyambut kami dengan ramah menanyakan asal usul kami dan tujuan kami. Saat kami berkata Dieng merkea berkata sudah dekat kalau Dieng sekitar 7 KM lagi dari sini. Lega rasanya Dieng sebentar lagi akan segera kita kunjungi . walaupun 7 KM bagi kami masih lumayan jauh untuk ditempuh. 

Perjalanan pun kami lanjutkan, masih sama dengan perjalanan sebelumnya kiri kanan kami adalah hutan dengan penerangan yang sangat minim. Dan akhirnya kami tiba juga di tempat wisata Dieng. Tempat wisata dengan berbagai macam keindahan alam Indonesia yang akan disusguhkan disini mulai dari Golden Sunrise Sikunir, Telaga wrana, Candi arjuna, Dieng platu, telaga kecebong, Gunung Prau, dan masih banyak lagi tempat yang disuguhkan di kawasan ini.


Booking penginapan Via Online 

Saat pertama kali sampai di kawasan ini semua sepakat untuk mencari tempat penginapan untung saja kami sudah membookingnya jauh-jauh hari. Kmi temukan penginapan ini dari situs online travel Dieng. Awalanya memang ragu karena takut akan penipuan namun ketika pihak dari hotelnya meminta untuk Dp dulu membayarnya dan pelunasan saat tiba dilokasi serta diberikan tanda bukti bookingan penginapan kami percaya terlebih ketika sudah sam[ai Dieng kami diarahkan untuk menuju penginapan yang ditujukkan. Kami sampai di penginapan sekitar pukul 20.30 waktu setempat.  

Penginapan dikawasan Dieng memang sudah cukup banyak ada yang bergayakn hotel, homestay ataupun jika ingin hemat bisa dengan menyewa tenda lokasinya adalah di kakai bukit sikunir tepatnya di pinggir Telaga cebong banyak sekali orang-orang yang mendirikan tenda di daerah tersebut.
Jika memang ingin di sebiah hotel dan homestay pastikan memiliki kamar mandi yang menggunakan pemasa air. Karena udara di Dieng sangat dingin 7-19 derajat celcisu bahakan musim kemarau bisa mencapai -7 derajat celcius. Embun pun berubah menjadi butiran-butiran salju tak heran daerah ini dijuluki sebagai “Daerah Eropanya Indonesia”.
Sayangnya kamar aku dan temanku kurang beruntung taka da pemanas walhasil, kami harus menggigil kedinginagan ketika memasuki kamar mandi. Kamar mandi saat itu seperti lemari es yang air mengalirnya siap untuk menusuk-menusk tulang kita sampai menggigil kedinginan.

Kuliner khas Dieng 
Malam memang sudah semakin larut, namun untuk urusan perut tak bisa dikompromi walaupun badan meminta haknya untuk segra beristirahat. Sekitar pukul 22.30 kami pergi keluar penginapan untuk mencari makanan, untung saja masih ada warung tenda yang buka dan menawarkan kami berbagai aneka makanan termasuk salah satunya adalah makanan khas Dieng yaitu Mie Ongklok, Mie Ongklok sejenis makanan sperti Lomie terdiri dari Mie, sayuran, sate ati ampela, yang disiram oleh kuah kental yang terbuat dari Ubi. Rasanya sebenarnya sangat enak hanya saja jangan berharap makanan berkuah panas akan bertahan lam karena baru ditinggal sebnatar saja makanan ini sudah aagak dingin dan mienya pun sudah agak “bekah” , karena memang lapar sedikit demi sedikit  makanan itupun habis dilahap ditengah dinginnya udara. 

Tak hanya mie ongklok saja yang ada di daerah ini. Dieng memiliki buah yang khas namanya carica masih satu spesies dengan peppaya karena bentuk dan rasanay pun seperti papaya hanya saja daging buah carica ini lebih kasar. Orang-orang Dieng banyak memanfaatkan acarica ini menjadi manisan yang telah dikemas secara cantik dan layak untuk dibwa pulang sebagai oleh-oleh untuk keluarga atau kerabat tercinta. 

Selain itu Dieng penghasil kentang dan jamur yang berlimpah. Kentang yang berukuran kecil sampai besar ada didaerah ini. Rasanya memang sanagt berbeda sanagat gurih. Apalagi dikawasn wisata ini banyak dijula kentang dan jamur goreng yan bisa dengan mudah kita beli dan kita santap dikawasan wisata ini. Jika ingin dibawa pulang, bisa membelinya langsung dikebunnya pastinya dengan harga yang terjangkau. 

Mendaki Sikunir
Sikunir sendiri adalah nama sebuah Desa yang berada di wilayah Dieng. Menurut para warga sekitar Sikunir ini adalah merupakan desa tertinggi di pulau Jawa. “Golden Sunrise” menjadi daya tarik para turis local maupun mancangera untuk berkunjung ke daerah ini. 

Perjalaanan yang sesungguhnya pun dimulai disini, perjalanan yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Dimana saya harus mendaki sebuah bukit yang begitu terjal bagi saya ini seperti gunung. Memang banyak sekali para wisatawan yang kaan mendaki bukit ini. Dibawah kaki bukit ini sudah banyak orang yang mengantri untuk menuju puncak Sikunir apalagi kalau bukan untu menyaksikan golden sunrise yang kata orang dan saya lihat sebelumnya hanya lewat dunia maya.

Sekitar Pkl 04.15 tanpa penerangan dan diniginnya udara didaerah itu kami ber enam mulai memasuki kawasan Sikunir, jalan pun sudah cukup terjal dengan harus meniki anak tangga yang masih berbbatuan, dengan penerangan seadanya lewat senter yang kami bawa. Kami terus naik melewati tangga batu. Untuk sampai ke puncaknya sendiri kami memerlukan waktu sekitar 1-2 jam, dengan waktu seperti itu tak heran di tengah perjalan ada beberapi pendaki yang kami temukan terdenagr kelelahn , berdiam sejenak karena memang gelapnya puncak tersebut dan kami tidak bisa melihat mereka dengan jelas. 

Sempat ingin berhenti tak ingin mneruskan perjalanan karena jaln ke puncak bukannya semakin bagus malah semakin terjal dan mulai harus mendaki tebing. Namun, karena keinginana yang snagat kuat untuk berburu golden sunrise semangat itu datang kembali, terlibih kami saling menyemangati satu sama lain. Terdengar suara guide di belakang kami bahwasannya sebenatar lagi kami akan tiba di puncak. 

Malam memang semakin memudar pertanda sang fajar akan terbit. Namun terbit dengan menampakan warna yang sangat indah. Karena ingin segera sampai pada puncak sikunir, kami pun dengan cepat mendaki tak peduli rasa lelah bahkan tak menyadari bahwasanaya kiri kanan kami adalah jurang yang kami sadari setelah faajr terbit dengan sempurna ‘menyemburkan” cahaya pada waktu semestinya.
Akhirnya kami tiba di puncak tersebut. Beridam diri sejenak termenung melihat keindahnna sang fajar terbit dengan gagahnya menyapa para wisatawan yang sudah menunggu diatas bukit. Bagiku pengalaman itu adalaha pengalaman terdahsyat, pengalamn indah yang pernah saya alami. Menyaksikan sendiri Ciptaan sang maha kuasa terbit memebrikan manaaft bagi HambaNya didunia.
Sebagi manusia yang tak ada apa-apanya, hanya sebutiran debu tetapi memeiliki dosa setinggi gunung.
Warna keemasan dari matahari terbitu kami saksikan sendiri. Atau orangnya menyebutnya “Golden Sunrise”. Saya pribadi tak bisa berkata bata hanya mengucapkan syukur yang tak terkira, pada hari itu saya melangkah lebih tinggi bukan untuk menyombangkan diri namun tersadar untuk berserah diri padaNya.
Selepas matahri terbit dengan sempurna . tand a”pertunjukan” besar itu sudah selesai. Para sebagian wisatawan ada yang memang langsung turun gunung. Ada pula yang mengabadikan moment tersebut dengan gaya “selfie” “welfie”, dan lain sebagainnya. Saya pun memilih untuk mengabadikan moment ini dengan kamera yang terlah kita siapkan. Moment-moment terbaik pun kami bidik sebagai kenangan yang akan kita kenang selalu. Walaupun itu semua tidak akan cukup mewakili dengan betapa bertanya perjuangan menuju puncak ini. Semua kenangan itu akan saya rekam di memori saya pribadi, sebagai momemn perubahan untuk menuju pribadi yang lebih baik.  

Puas mengambil photo terbaik kami pun bergegas untuk turun gunung kurang lebih sekitar pukul 08.00 kami mulai bergegas untuk turun gunung. Jangan khawatir untukpersediaan makanan atau minuman. Karena di puncak sana ada pedagang kaki lima yang menjuala makanana dan minuman, tentunya dengan harga yang cukup mahal dari harga biasanya kita beli. 

Dieng Plateu Theather
Seleasi mendaki Sikunir kami segera bergegas untuk melanjutkan tempat wisata selanjutnya. Dan kami memilih Dieng Plateu theather sebagi tempat berikutnya untuk kami kunjungi. Bangunana Dieng Plateu Theather ini di desain seperti biosokp namun tidak secanggih bioskop sekarang, untuk masuk ke ruangan ini memerlukan biaya sekitar Rp4,000 .
Tempat ini adalah tempat pemutaran terjadinay kawasan Dieng, sejarah daerah ini terbentuk dan menjelaskan juag tentang kandungan kawah-kawah belerang yang ada di Daerah ini. Informasi yang diberikan memang sangat bermanfaat hanya saja film documenter yang terlalu kakau dan formil membuat saya pribadi cukup bosan untuk menontonnya. Namun, jangan Anda lewatkan karena di film ini banyak sekali informasi-informasi yang akan kita dapat,Film ini berdurasi sekitar 30 menit.
Fenomena Anak Gimbal
Selain makanan , tempat wisata yang telah dibahas sebelumnya. Dieng juga memiliki fenomena anaeh terhadapa anak kecil. Ada beberapa anakkecil yang kami jumpai berambut gimbal baik laki-laki ataupun perempuan. Konon rambut gimbal tersebut bisa mebawa sial ataupun manfaat bagi anak tersebut. Rambut gimbal tersebut dikarenakan faktor genetic dari orang tuanya.
Tak heran sekitar bulan Agustus Dieng memiliki ritual khusus yaitu Dieng culture festival, dimana pada event ini dikumpulkan anak-anak gimbal Dieng untuk dipotong rambutnya. Agar di kehidupannya tidak sial. Selepas potong rambut orang tua anak ini wajib memenuhi keinginana anaknya apapaun yang diminta harus dipenuhi.
Hujan Turun di Kawasan Dieng
Selepas mengunjungi dua tempat wisata ini kami berniat untuk kembali ke tempat penginapan. Beristirahat sejenak sambil memperispakan perjalan ke tempat selanjutnya. Karena ada beberap tempat yang be;um kami kunjungi seperti candi arjuna dan telaga warna. Masuk ke kawasan wisata Dieng ini memang harus membayar tiket masuk. Tetapi sangat terjangkau kisaran 4000 – 10,000 untuk masuk ke tempat wisata yang ada di Dieng.
Setelah selesai istirahat, kami memutuksan untuk melanjutkan perjalanan. Namun sayang, udara pada hari itu kurang bersahabt. Hujan pun turun dengan derasnya dan cukup lama kami menunggunya sekitar 4 jam. Akhirnya kami urungkan niat untuk pergi kesana dan memutuskan untuk kembali ke Bandung.
Menjelajah kawasan dieng  memanag belum seluruhnya kami kunjungi. Hnaya saja menurut saya berkunjung mendaki bukit Sikunir sudah mewakili semuanya. Mewakili keindahan Dieng dimaan menjadikan kita makhluk yang pandai untuk bersyukur atas apa yang Allah ciptakan tentang kuasaNya untuk membuat alam ini menjadi sangat indah.  

Tips berlibur ke Dieng
1.       Persiapkan jaket, kaos kaki, sarung tangan , senter, sepatu mengingat udara Dieng sangat dingin terlebih pada musim kemarau mencapi -7 derajat celcius. Untuk sepatu 7 senter khusus bagi kalian yang ingin mendaki bukit sikunir
2.       Jika ingin memesan penginapan bisa melalui situs resmi Dieng, informasi tentang wisata, penginpan ada disitus tersebut. Karena memesan lewat online  jangan malu untuk menanyakan cara booking, biaya kamar, tipe kamar, cara transaksi, dll.
3.       Bagi sahabat-sahabat yang alergi dingin, atau mempunyai asma wajib membawa obat pribadi , karena cuaca Dieng yang sanagt dingin.
4.       Pastikan tempat pengonapan yang Anda kunjungi memilki kamar mandi yang menyedikan pemanas air . karena masih terbatasnya penginapan yang memiliki air panas , jika ada bisanya terkendalan dengan pemanas yang rusak,  baterai pemanas habis, dll
5.       Jika Anda suka akan kebudyaan Indoensia akan baiknya untuk datang ke Deing pada bulan Agustus karena ada event Dieng Culture Festival, dan bersiaplah pada bulan ini Anda akan menyaksikan embun yang berubah menjadi es. So, siapkan perlengkapan jaket, obat-obatan, dll dengan baik.
6.       Jika Anda kurang menyukai kebudayaan atau tidak menyukai keramaian, ingin bersanta ria menikmati Dieng. Bisa datang di musim-musim hujan karena memang pengunjung tidak terlalu padat, hanya saja konsekuensinya adalah hujan yang bisa menghentikan perjalanan kita. Di musim ini justru tidak terlalu dingin.
Semoga bermanfaat dan selamat menikmati keindahan Dieng.


Bandung Creative Hub: Tempat Nongkrong Anak Bandung Zaman Now!

Akhir 2017 kemarin, saya menyempatkan dir untuk mengunjungi salah satu tempat fenomenal di kota Bandung. Tempat tersebut bernama “Bandung C...