Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno
pernah mengatakan JAS MERAH atau dikenal dengan arti “Jangan Pernah
Meninggalkan Sejarah”. Dari situlah, walaupun saya tak pernah bertemu langsung
terhentak dan penasaran akan pernyataan tersebut. Secara tidak langsung saya
pun selalu tertarik akan nilai-nilai sejarah yang ada di negeri ini. Entah itu
mengenai sejarah perkembangan Islam, sejarah bangunan, sejarah dunia, politik,
peperangan selalu tertarik untuk saya ikuti.
Salah satu pemateri workhsop |
Selain dari ucapan tersebut, saya lupa kapan saya
tertarik dengan namanya sejarah. Karena, sejak duduk di bangku sekolah pun bisa
dibilang tidak begitu mahir. Sejarah membua saya harus menghafal sederatan
angka kelahiran, kejadian, nama tokoh dan lain sebagainya. Walhasil, saat
mengikuti pelajaran tersebut seringkali bosan melanda.
Tetapi lain dulu dan sekarang, minat terhadap
sejarah semakin tinggi, apalgi jika dikaitkan dengan profesi penulisan yang
saat ini tengah dijalani. Menapaki kota kelahiran sendiri seperti ingin
menuangkan dalam tinta-tinta keabadian. Minimal anak dan cucu saya nanti
mengetahui kota kelahiran neneknya atau jejak hidup neneknya :D.
Seolah sudah menjadi takdir yang digoreskan-Nya,
awal tahun 2017 lewat sebuah media sosial saya menemukan sebuah link tentang
informasi Bimtek Penulisan Sejarah. Rasa penasaran yang luar biasa menghampiri
diri membawa saya pada situs tersebut. Setelah dibuka sempat tak akan ikut
karena data diri yang dituliskan, diharuskan menulis instansi, pekerjaan, dan
sebagainya. Saya pikir itu adalah peluang untuk para pegawai negeri atau
swasta, tetapi setelah dibaca ulang kembali penulisan tersebut memang untuk
yang minat dan BUKAN berlatar belakang sejarah.
Akhirnya dengan percaya diri dan “tak tahu malu”
saya menuliskan instansi yang sedang dirilis bernama CREATIVE WRITING, Sebuah
agency untuk penulisan artikel. Dengan penuh kehati-hatian saya tuliskan
termasuk kerangka tulisan yang akan saya tulis nanti. Dalam seleksi tersebut
saya memilih sebuah judul “Peran Ulama dalam Menghadapi Kemerdekaaan Indonesia”.
Alasan saya memakai judul tersebut karena rasa penasaran yang begitu tinggi
terhadap peran para ulama saat itu. Saya hanya yakin ualam terdahulu pun layak
disebut sebagai pahlawan. Buktinya merka telah mewariskan para ulama di zaman
canggih ini yang tak kalah hebat serta mau menjaga dan membela NKRI.
Ayo tebak ini dimana? |
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarni
pernah mengatakan JAS MERAH atau dikenal dengan arti “Jangan Pernah
Meninggalkan Sejarah”. Dari situlah, walaupun saya tak pernah bertemu langsung
terhentak dan penasaran akan pernyataan tersebut. Secara tidak langsung saya
pun selalu tertarik akan nilai-nilai sejarah yang ada di negeri ini. Entah itu
mengenai sejarah perkembangan Islam, sejarah bangunan, sejarah dunia, politik,
peperangan selalu tertarik untuk saya ikuti.
Penjara Banceuy pertama kali aku menginjakkan |
Selain dari ucapan tersebut, saya lupa kapan saya
tertarik dengan namanya sejarah. Karena, sejak duduk di bangku sekolah pun bisa
dibilang tidak begitu mahir. Sejarah membua saya harus menghafal sederatan
angka kelahiran, kejadian, nama tokoh dan lain sebagainya. Walhasil, saat
mengikuti pelajaran tersebut seringkali bosan melanda.
Tetapi lain dulu dan sekarang, minat terhadap
sejarah semakin tinggi, apalgi jika dikaitkan dengan profesi penulisan yang
saat ini tengah dijalani. Menapaki kota kelahiran sendiri seperti ingin
menuangkan dalam tinta-tinta keabadian. Minimal anak dan cucu saya nanati
mengetahui kota kelahiran neneknya atau jejak hidup neneknya :D.
Seolah sudah menjadi takdir yang digoreskan-Nya,
awal tahun 2017 lewat sebuah media sosial saya menemukan sebuah link tentang
informasi Bimtek Penulisan Sejarah. Rasa penasaran yang luar biasa menghampiri
diri membawa saya pada situs tersebut. Setelah dibuka sempat tak akan ikut
karena data diri yang dituliskan, diharuskan menulis instansi, pekerjaan, dan
sebagainya. Saya pikir itu adalah peluang untuk para pegawai negeri atau
swasta, tetapi setelah dibaca ulang kembali penulisan tersebut memang untuk
yang minat dan BUKAN berlatar belakang sejarah.
Akhirnya dengan percaya diri dan “tak tahu malu”
saya menuliskan instansi yang sedang dirilis bernama CREATIVE WRITING, Sebuah
agency untuk penulisan artikel. Dengan penuh kehati-hatian saya tuliskan
termasuk kerangka tulisan yang akan saya tulis nanti. Dalam seleksi tersebut
saya memilih sebuah judul “Peran Ulama dalam Menghadapi Kemerdekaaan Indonesia”.
Alasan saya memakai judul tersebut karena rasa penasaran yang begitu tinggi
terhadap peran para ulama saat itu. Saya hanya yakin ualam terdahulu pun layak
disebut sebagai pahlawan. Buktinya merka telah mewariskan para ulama di zaman
canggih ini yang tak kalah hebat serta mau menjaga dan membela NKRI.
Setelah formulir terkirim, rasa deg-degan belum
hilang karena memang harus menunggu. Selama dua minggu. Ketika sudah tiba
waktunya, rasa deg-degan saya diperpanjang karena memang pengumaman yang lolos
seleksi pun harus diundur. Sempat saya lupakan dan berpikir tidak masuk, tetapi
takdir berkata lain. Pada hari senin di awal februari saya menerima email dari
panitia bimtek penulisan sejaah dan dinyatakan lolos serta berhak mengikuti
kegiatan tersebut.
Kegiatan “Workshop peningkatan kapasitas tenaga
bidang kesejarahan bagi penulis sejarah”. Sebuah langkah awal untuk mewujudkan
minta saya terhadap sejarah. Tanggal 28 Februari- Tanggal 3 Maret 2017 adalah
tanggal bersejarah untuk saya. Di tanggal tersebut workshop berlangsung dengan
materi dan penyaji yang kompeten di bidangnya masing-masing.
Hari pertama, setelah pembukaan seluruh peserta
yang berjumlah 50 orang yang berasal dari Jakarta dan Bandung langsung
disuguhkan dengan materi pertama dari Bapak Kresno Bharmanthyo tentang
pengantar ilmu sejarah. Pembawaan materi oleh sangtalah berkesan karena
berhasil menepis masa lalu akan guru sejarah yang menyajikan dengan lemah
lembut serta terbuai rasa kantuk yang berat. Pembawaan bapak Kresno sangat
“canggih” karena beliau pun menyajikan materi yang diselingi video film sejarah
yang menarik.
Masih di hari yang sama setelah seluruh peserta
berdiskusi denan beliau, kami pun diisajikan dengan materi kedua yang lebih
menarik yaitu tentang penulisan sejarah. Pada materi ini Bapak Reza yang
merupakan dosen sejarah UNPAD, memberikan ilmunya pada kami tentang sistematika
penulisan sejarah yang seharusnya. Materi tersebut diberikan mirip dengan
ketika membuat skripsi atau karya tulis alinnya hanya saja metodologi yang dipakai
adalah metodologi yang meliputi, intrepretasi, sumber tertulis, saksi sejarah.
Di materi tersebut pun beliau mengatakan bedanya sejarah dan dongeng. Jika
sejarah ada bukti yang tertulis maupun lisan serta dokumenter. Sedangkan
dongeng pasti selal
Hari pertama pun cukup sampai pada penulisan
sejarah, dilanjut hari berikutnya kami diberikan materi tak kalah menarik
mengenai sejarah lokal dan penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Di hai kedua kami pun langsung digiring untuk praktek penulisan sejarah
dari kerangka tulisan yang kami kirimkan saat mendaftar. Disitulah saya pun
harus bekerja keras membuat tulisan karya ilmiah sejarah yang bersumber pada
buku favorit saya, yaitu buku api sejarah 1 dan 2.
Di hari ketiga, inilah hari yang sangat saya
senangi karena para peserta diajak untuk melakukan perjalanan ke tempat-tempat
bersejarah. Perjalanan ke tempat tersebut bukan sekedar perjalanan karena
memang kami dibagi menjadi lima kelompok dan masing-masing kelompok memilih
satu tempat bersejarah untuk dipeljari serta laporan presentasi di malam hari.
Saya pun masuk kedalam kelompok satu dengan jumlah
anggota sepuluh orang. Kami pun sepakat untuk menujuk Pak Ristadi sebagai ketua
kelompok karena beliau berprofesi sebagai polisi militer :D. Tempat yang kan
kami tulis adalah museum konferensi asia afrika yang memang memiliki bahan yang
cukup banyak untuk dipresentasikan.
Selain museum KAA tempat lain yang akan kami
kunjungi adalah penjara Banceuy, Museum mandala Siliwangi, serta Museum Sri
Baduga. Tempay yang memang sebelumnya sudah pernah saya kunjungi, namun saat
itu berkesan karena ditemani teman-teman pecinta sejarah serta pemandu yang
hebat-hebat.
Kegiatan mengunjugni museum pun berkahir di Pukul
15.00, kami pun harus kembali ke hotel mengejar waktu sebelum Magrib agar malam
hari bisa presentasi. Walhasil, sesampainya di Hotel De Java Sukajadi kami
hanya beristirahat sebentar karena sang ketua sudah memanggil kami untuk
mendiskusikan hasil perjalanan.
Rasa capek pun terhindarkan ketika kami semua
berkumpul mendiskusikan pa yang akan dibahas pada presentasi malam hari. Kami
memiliki pendapa dan suusl tersendiri yang pada akhirnya semua terserah ketua
karena memang ingin segera selesai. Tepat pada pukul 21.00 kami pun
mempresentasikan bahan “temuan” kami diikuti oleh para peserta dari kelompok
2-5. Rasa kantuk tak bisa dihindari, tapi kami pun tak bisa menghindari tugas yang
diberikan panitia. Sampai akhirnya kegiatan pun selesai tepat pukul 00.00. Di
hari yang sama pula kegiatan workshop pun resmi ditutup dan kami kembali ke
kamar tidur masing-masing dengan membawa sejarah baru.
Kegiatan “Workshop peningkatan kapasitas tenaga
bidang kesejarahan bagi penulis sejarah”. Sebuah langkah awal untuk mewujudkan
minta saya terhadap sejarah. Tanggal 28 Februari- Tanggal 3 Maret 2017 adalah
tanggal bersejarah untuk saya. Di tanggal tersebut workshop berlangsung dengan
materi dan penyaji yang kompeten di bidangnya masing-masing.
Hari pertama, setelah pembukaan seluruh peserta
yang berjumlah 50 orang yang berasal dari Jakarta dan Bandung langsung
disuguhkan dengan materi pertama dari Bapak Kresno Bharmanthyo tentang
pengantar ilmu sejarah. Pembawaan materi oleh sangtalah berkesan karena
berhasil menepis masa lalu akan guru sejarah yang menyajikan dengan lemah
lembut serta terbuai rasa kantuk yang berat. Pembawaan bapak Kresno sangat
“canggih” karena beliau pun menyajikan materi yang diselingi video film sejarah
yang menarik.
Masih di hari yang sama setelah seluruh peserta
berdiskusi denan beliau, kami pun diisajikan dengan materi kedua yang lebih
menarik yaitu tentang penulisan sejarah. Pada materi ini Bapak Reza yang
merupakan dosen sejarah UNPAD, memberikan ilmunya pada kami tentang sistematika
penulisan sejarah yang seharusnya. Materi tersebut diberikan mirip dengan
ketika membuat skripsi atau karya tulis alinnya hanya saja metodologi yang dipakai
adalah metodologi yang meliputi, intrepretasi, sumber tertulis, saksi sejarah.
Di materi tersebut pun beliau mengatakan bedanya sejarah dan dongeng. Jika
sejarah ada bukti yang tertulis maupun lisan serta dokumenter. Sedangkan
dongeng pasti sellau diawali dengan “alkisah, konon katanya, dll”.
Hari pertama pun cukup sampai pada penulisan
sejarah, dilanjut hari berikutnya kami diberikan materi tak kalah menarik
mengenai sejarah lokal dan penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Di hai kedua kami pun langsung digiring untuk praktek penulisan sejarah
dari kerangka tulisan yang kami kirimkan saat mendaftar. Disitulah say pun
harus bekerja keras membuat tulisan karya ilmiah sejarah yang bersumber pada
buku favorit saya, yaitu buku api sejarah 1 dan 2.
Di hari ketiga, inilah hari yang sangat saya
senangi karena para peserta diajak untuk melakukan perjalanan ke tempat-tempat
bersejarah. Perjalanan ke tempat tersebut bukan sekedar perjalanan karena
memang kami dibagi menjadi lima kelompok dan masing-masing kelompok memilih
satu tempat bersejarah untuk dipeljari serta laporan presentasi di malam hari.
Saya pun masuk kedalam kelompok satu dengan jumlah
anggota sepuluh orang. Kami pun sepakat untuk menujuk Pak Ristadi sebagai ketua
kelompok karena beliau berprofesi sebagai polisi militer :D. Tempat yang kan
kami tulis adalah museum konferensi asia afrika yang memang memiliki bahan yang
cukup banyak untuk dipresentasikan.
Selain museum KAA tempat lain yang akan kami
kunjungi adalah penjara Banceuy, Museum mandala Siliwangi, serta Museum Sri
Baduga. Tempay yang memang sebelumnya sudah pernah saya kunjungi, namun saat
itu berkesan karena ditemani teman-teman pecinta sejarah serta pemandu yang
hebat-hebat.
Kegiatan mengunjugni museum pun berkahir di Pukul
15.00, kami pun harus kembali ke hotel mengejar waktu sebelum Magrib agar malam
hari bisa presentasi. Walhasil, sesampainya di Hotel De Java Sukajadi kami
hanya beristirahat sebentar karena sang ketua sudah memanggil kami untuk
mendiskusikan hasil perjalanan.
Rasa capek pun terhindarkan ketika kami semua
berkumpul mendiskusikan pa yang akan dibahas pada presentasi malam hari. Kami
memiliki pendapa dan suusl tersendiri yang pada akhirnya semua terserah ketua
karena memang ingin segera selesai. Tepat pada pukul 21.00 kami pun
mempresentasikan bahan “temuan” kami diikuti oleh para peserta dari kelompok
2-5. Rasa kantuk tak bisa dihindari, tapi kami pun tak bisa menghindari tugas yang
diberikan panitia. Sampai akhirnya kegiatan pun selesai tepat pukul 00.00. Di
hari yang sama pula kegiatan workshop pun resmi ditutup dan kami kembali ke
kamar tidur masing-masing dengan membawa sejarah baru.
No comments:
Post a Comment