Tuesday, March 7, 2017

Sepenggal Cerita dari Workshop Penulisan Sejarah



Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno pernah mengatakan JAS MERAH atau dikenal dengan arti “Jangan Pernah Meninggalkan Sejarah”. Dari situlah, walaupun saya tak pernah bertemu langsung terhentak dan penasaran akan pernyataan tersebut. Secara tidak langsung saya pun selalu tertarik akan nilai-nilai sejarah yang ada di negeri ini. Entah itu mengenai sejarah perkembangan Islam, sejarah bangunan, sejarah dunia, politik, peperangan selalu tertarik untuk saya ikuti. 
Salah satu pemateri workhsop


Selain dari ucapan tersebut, saya lupa kapan saya tertarik dengan namanya sejarah. Karena, sejak duduk di bangku sekolah pun bisa dibilang tidak begitu mahir. Sejarah membua saya harus menghafal sederatan angka kelahiran, kejadian, nama tokoh dan lain sebagainya. Walhasil, saat mengikuti pelajaran tersebut seringkali bosan melanda. 

Tetapi lain dulu dan sekarang, minat terhadap sejarah semakin tinggi, apalgi jika dikaitkan dengan profesi penulisan yang saat ini tengah dijalani. Menapaki kota kelahiran sendiri seperti ingin menuangkan dalam tinta-tinta keabadian. Minimal anak dan cucu saya nanti mengetahui kota kelahiran neneknya atau jejak hidup neneknya :D. 

 
50 peserta workshop berasal dari Bandung & Jakarta
Seolah sudah menjadi takdir yang digoreskan-Nya, awal tahun 2017 lewat sebuah media sosial saya menemukan sebuah link tentang informasi Bimtek Penulisan Sejarah. Rasa penasaran yang luar biasa menghampiri diri membawa saya pada situs tersebut. Setelah dibuka sempat tak akan ikut karena data diri yang dituliskan, diharuskan menulis instansi, pekerjaan, dan sebagainya. Saya pikir itu adalah peluang untuk para pegawai negeri atau swasta, tetapi setelah dibaca ulang kembali penulisan tersebut memang untuk yang minat dan BUKAN berlatar belakang sejarah. 
 
Perjalanan menuju tempat bersejarah
Akhirnya dengan percaya diri dan “tak tahu malu” saya menuliskan instansi yang sedang dirilis bernama CREATIVE WRITING, Sebuah agency untuk penulisan artikel. Dengan penuh kehati-hatian saya tuliskan termasuk kerangka tulisan yang akan saya tulis nanti. Dalam seleksi tersebut saya memilih sebuah judul “Peran Ulama dalam Menghadapi Kemerdekaaan Indonesia”. Alasan saya memakai judul tersebut karena rasa penasaran yang begitu tinggi terhadap peran para ulama saat itu. Saya hanya yakin ualam terdahulu pun layak disebut sebagai pahlawan. Buktinya merka telah mewariskan para ulama di zaman canggih ini yang tak kalah hebat serta mau menjaga dan membela NKRI. 
Ayo tebak ini dimana?



Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarni pernah mengatakan JAS MERAH atau dikenal dengan arti “Jangan Pernah Meninggalkan Sejarah”. Dari situlah, walaupun saya tak pernah bertemu langsung terhentak dan penasaran akan pernyataan tersebut. Secara tidak langsung saya pun selalu tertarik akan nilai-nilai sejarah yang ada di negeri ini. Entah itu mengenai sejarah perkembangan Islam, sejarah bangunan, sejarah dunia, politik, peperangan selalu tertarik untuk saya ikuti. 
Penjara Banceuy pertama kali aku menginjakkan


Selain dari ucapan tersebut, saya lupa kapan saya tertarik dengan namanya sejarah. Karena, sejak duduk di bangku sekolah pun bisa dibilang tidak begitu mahir. Sejarah membua saya harus menghafal sederatan angka kelahiran, kejadian, nama tokoh dan lain sebagainya. Walhasil, saat mengikuti pelajaran tersebut seringkali bosan melanda. 

Tetapi lain dulu dan sekarang, minat terhadap sejarah semakin tinggi, apalgi jika dikaitkan dengan profesi penulisan yang saat ini tengah dijalani. Menapaki kota kelahiran sendiri seperti ingin menuangkan dalam tinta-tinta keabadian. Minimal anak dan cucu saya nanati mengetahui kota kelahiran neneknya atau jejak hidup neneknya :D. 

Seolah sudah menjadi takdir yang digoreskan-Nya, awal tahun 2017 lewat sebuah media sosial saya menemukan sebuah link tentang informasi Bimtek Penulisan Sejarah. Rasa penasaran yang luar biasa menghampiri diri membawa saya pada situs tersebut. Setelah dibuka sempat tak akan ikut karena data diri yang dituliskan, diharuskan menulis instansi, pekerjaan, dan sebagainya. Saya pikir itu adalah peluang untuk para pegawai negeri atau swasta, tetapi setelah dibaca ulang kembali penulisan tersebut memang untuk yang minat dan BUKAN berlatar belakang sejarah. 
 
Museum Sri Baduga
Akhirnya dengan percaya diri dan “tak tahu malu” saya menuliskan instansi yang sedang dirilis bernama CREATIVE WRITING, Sebuah agency untuk penulisan artikel. Dengan penuh kehati-hatian saya tuliskan termasuk kerangka tulisan yang akan saya tulis nanti. Dalam seleksi tersebut saya memilih sebuah judul “Peran Ulama dalam Menghadapi Kemerdekaaan Indonesia”. Alasan saya memakai judul tersebut karena rasa penasaran yang begitu tinggi terhadap peran para ulama saat itu. Saya hanya yakin ualam terdahulu pun layak disebut sebagai pahlawan. Buktinya merka telah mewariskan para ulama di zaman canggih ini yang tak kalah hebat serta mau menjaga dan membela NKRI.
Setelah formulir terkirim, rasa deg-degan belum hilang karena memang harus menunggu. Selama dua minggu. Ketika sudah tiba waktunya, rasa deg-degan saya diperpanjang karena memang pengumaman yang lolos seleksi pun harus diundur. Sempat saya lupakan dan berpikir tidak masuk, tetapi takdir berkata lain. Pada hari senin di awal februari saya menerima email dari panitia bimtek penulisan sejaah dan dinyatakan lolos serta berhak mengikuti kegiatan tersebut. 

Kegiatan “Workshop peningkatan kapasitas tenaga bidang kesejarahan bagi penulis sejarah”. Sebuah langkah awal untuk mewujudkan minta saya terhadap sejarah. Tanggal 28 Februari- Tanggal 3 Maret 2017 adalah tanggal bersejarah untuk saya. Di tanggal tersebut workshop berlangsung dengan materi dan penyaji yang kompeten di bidangnya masing-masing. 

Hari pertama, setelah pembukaan seluruh peserta yang berjumlah 50 orang yang berasal dari Jakarta dan Bandung langsung disuguhkan dengan materi pertama dari Bapak Kresno Bharmanthyo tentang pengantar ilmu sejarah. Pembawaan materi oleh sangtalah berkesan karena berhasil menepis masa lalu akan guru sejarah yang menyajikan dengan lemah lembut serta terbuai rasa kantuk yang berat. Pembawaan bapak Kresno sangat “canggih” karena beliau pun menyajikan materi yang diselingi video film sejarah yang menarik. 

Masih di hari yang sama setelah seluruh peserta berdiskusi denan beliau, kami pun diisajikan dengan materi kedua yang lebih menarik yaitu tentang penulisan sejarah. Pada materi ini Bapak Reza yang merupakan dosen sejarah UNPAD, memberikan ilmunya pada kami tentang sistematika penulisan sejarah yang seharusnya. Materi tersebut diberikan mirip dengan ketika membuat skripsi atau karya tulis alinnya hanya saja metodologi yang dipakai adalah metodologi yang meliputi, intrepretasi, sumber tertulis, saksi sejarah. Di materi tersebut pun beliau mengatakan bedanya sejarah dan dongeng. Jika sejarah ada bukti yang tertulis maupun lisan serta dokumenter. Sedangkan dongeng pasti selal
u diawali dengan “alkisah, konon katanya, dll”.

Hari pertama pun cukup sampai pada penulisan sejarah, dilanjut hari berikutnya kami diberikan materi tak kalah menarik mengenai sejarah lokal dan penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Di hai kedua kami pun langsung digiring untuk praktek penulisan sejarah dari kerangka tulisan yang kami kirimkan saat mendaftar. Disitulah saya pun harus bekerja keras membuat tulisan karya ilmiah sejarah yang bersumber pada buku favorit saya, yaitu buku api sejarah 1 dan 2. 

Di hari ketiga, inilah hari yang sangat saya senangi karena para peserta diajak untuk melakukan perjalanan ke tempat-tempat bersejarah. Perjalanan ke tempat tersebut bukan sekedar perjalanan karena memang kami dibagi menjadi lima kelompok dan masing-masing kelompok memilih satu tempat bersejarah untuk dipeljari serta laporan presentasi di malam hari. 

Saya pun masuk kedalam kelompok satu dengan jumlah anggota sepuluh orang. Kami pun sepakat untuk menujuk Pak Ristadi sebagai ketua kelompok karena beliau berprofesi sebagai polisi militer :D. Tempat yang kan kami tulis adalah museum konferensi asia afrika yang memang memiliki bahan yang cukup banyak untuk dipresentasikan. 
 
Teman satu kamar yang kece :)

Selain museum KAA tempat lain yang akan kami kunjungi adalah penjara Banceuy, Museum mandala Siliwangi, serta Museum Sri Baduga. Tempay yang memang sebelumnya sudah pernah saya kunjungi, namun saat itu berkesan karena ditemani teman-teman pecinta sejarah serta pemandu yang hebat-hebat.
Kegiatan mengunjugni museum pun berkahir di Pukul 15.00, kami pun harus kembali ke hotel mengejar waktu sebelum Magrib agar malam hari bisa presentasi. Walhasil, sesampainya di Hotel De Java Sukajadi kami hanya beristirahat sebentar karena sang ketua sudah memanggil kami untuk mendiskusikan hasil perjalanan. 
 
We are number ONE :)
Rasa capek pun terhindarkan ketika kami semua berkumpul mendiskusikan pa yang akan dibahas pada presentasi malam hari. Kami memiliki pendapa dan suusl tersendiri yang pada akhirnya semua terserah ketua karena memang ingin segera selesai. Tepat pada pukul 21.00 kami pun mempresentasikan bahan “temuan” kami diikuti oleh para peserta dari kelompok 2-5. Rasa kantuk tak bisa dihindari, tapi kami pun tak bisa menghindari tugas yang diberikan panitia. Sampai akhirnya kegiatan pun selesai tepat pukul 00.00. Di hari yang sama pula kegiatan workshop pun resmi ditutup dan kami kembali ke kamar tidur masing-masing dengan membawa sejarah baru.




Setelah formulir terkirim, rasa deg-degan belum hilang karena memang harus menunggu. Selama dua minggu. Ketika sudah tiba waktunya, rasa deg-degan saya diperpanjang karena memang pengumaman yang lolos seleksi pun harus diundur. Sempat saya lupakan dan berpikir tidak masuk, tetapi takdir berkata lain. Pada hari senin di awal februari saya menerima email dari panitia bimtek penulisan sejaah dan dinyatakan lolos serta berhak mengikuti kegiatan tersebut. 

Kegiatan “Workshop peningkatan kapasitas tenaga bidang kesejarahan bagi penulis sejarah”. Sebuah langkah awal untuk mewujudkan minta saya terhadap sejarah. Tanggal 28 Februari- Tanggal 3 Maret 2017 adalah tanggal bersejarah untuk saya. Di tanggal tersebut workshop berlangsung dengan materi dan penyaji yang kompeten di bidangnya masing-masing. 

Hari pertama, setelah pembukaan seluruh peserta yang berjumlah 50 orang yang berasal dari Jakarta dan Bandung langsung disuguhkan dengan materi pertama dari Bapak Kresno Bharmanthyo tentang pengantar ilmu sejarah. Pembawaan materi oleh sangtalah berkesan karena berhasil menepis masa lalu akan guru sejarah yang menyajikan dengan lemah lembut serta terbuai rasa kantuk yang berat. Pembawaan bapak Kresno sangat “canggih” karena beliau pun menyajikan materi yang diselingi video film sejarah yang menarik. 

Masih di hari yang sama setelah seluruh peserta berdiskusi denan beliau, kami pun diisajikan dengan materi kedua yang lebih menarik yaitu tentang penulisan sejarah. Pada materi ini Bapak Reza yang merupakan dosen sejarah UNPAD, memberikan ilmunya pada kami tentang sistematika penulisan sejarah yang seharusnya. Materi tersebut diberikan mirip dengan ketika membuat skripsi atau karya tulis alinnya hanya saja metodologi yang dipakai adalah metodologi yang meliputi, intrepretasi, sumber tertulis, saksi sejarah. Di materi tersebut pun beliau mengatakan bedanya sejarah dan dongeng. Jika sejarah ada bukti yang tertulis maupun lisan serta dokumenter. Sedangkan dongeng pasti sellau diawali dengan “alkisah, konon katanya, dll”. 

Hari pertama pun cukup sampai pada penulisan sejarah, dilanjut hari berikutnya kami diberikan materi tak kalah menarik mengenai sejarah lokal dan penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Di hai kedua kami pun langsung digiring untuk praktek penulisan sejarah dari kerangka tulisan yang kami kirimkan saat mendaftar. Disitulah say pun harus bekerja keras membuat tulisan karya ilmiah sejarah yang bersumber pada buku favorit saya, yaitu buku api sejarah 1 dan 2. 

Di hari ketiga, inilah hari yang sangat saya senangi karena para peserta diajak untuk melakukan perjalanan ke tempat-tempat bersejarah. Perjalanan ke tempat tersebut bukan sekedar perjalanan karena memang kami dibagi menjadi lima kelompok dan masing-masing kelompok memilih satu tempat bersejarah untuk dipeljari serta laporan presentasi di malam hari. 

Saya pun masuk kedalam kelompok satu dengan jumlah anggota sepuluh orang. Kami pun sepakat untuk menujuk Pak Ristadi sebagai ketua kelompok karena beliau berprofesi sebagai polisi militer :D. Tempat yang kan kami tulis adalah museum konferensi asia afrika yang memang memiliki bahan yang cukup banyak untuk dipresentasikan. 

Selain museum KAA tempat lain yang akan kami kunjungi adalah penjara Banceuy, Museum mandala Siliwangi, serta Museum Sri Baduga. Tempay yang memang sebelumnya sudah pernah saya kunjungi, namun saat itu berkesan karena ditemani teman-teman pecinta sejarah serta pemandu yang hebat-hebat. 

Kegiatan mengunjugni museum pun berkahir di Pukul 15.00, kami pun harus kembali ke hotel mengejar waktu sebelum Magrib agar malam hari bisa presentasi. Walhasil, sesampainya di Hotel De Java Sukajadi kami hanya beristirahat sebentar karena sang ketua sudah memanggil kami untuk mendiskusikan hasil perjalanan. 

Rasa capek pun terhindarkan ketika kami semua berkumpul mendiskusikan pa yang akan dibahas pada presentasi malam hari. Kami memiliki pendapa dan suusl tersendiri yang pada akhirnya semua terserah ketua karena memang ingin segera selesai. Tepat pada pukul 21.00 kami pun mempresentasikan bahan “temuan” kami diikuti oleh para peserta dari kelompok 2-5. Rasa kantuk tak bisa dihindari, tapi kami pun tak bisa menghindari tugas yang diberikan panitia. Sampai akhirnya kegiatan pun selesai tepat pukul 00.00. Di hari yang sama pula kegiatan workshop pun resmi ditutup dan kami kembali ke kamar tidur masing-masing dengan membawa sejarah baru.


No comments:

Post a Comment

Bandung Creative Hub: Tempat Nongkrong Anak Bandung Zaman Now!

Akhir 2017 kemarin, saya menyempatkan dir untuk mengunjungi salah satu tempat fenomenal di kota Bandung. Tempat tersebut bernama “Bandung C...