Thursday, March 9, 2017

Negeriku Belum Siap dengan Perkembangan Teknologi!



Lagi dan lagi terdengar dan melihat aksi mogok supir transportasi angkutan umum di daerahku. Jika beberapa tahun sebelumnya terdengar di ibu kota Jakarta, kali ini harus menimpa kota Bandung tercinta. Jika dahulu yang berdemo adalah hanya tukang ojek pangkalan, kini supir transportasi roda empat pun turut “panas” akan kehadiran taksi online yang merebak dan mengambil penumpang mereka. Sampai-sampai ada seorang netizen yang merekam terjadinya pengeroyokan oleh sejumlah oknum karena mobilnya disinyalir merupakan taksi online. Panik, takut, luar biasa dirasakan oleh supir dan penumpangnya. Mereka begitu beringas seolah “penuh dosa” dan tak ada ampun untuk mereka. 

Perkembangan transportasi di Indonesia pun sebenarnya tergolong cepat sama seperti negeri berkembang lainnya. Jika dahulu transportasi yang ada hanya berupa delman, sepeda, beca dan kapal laut untuk berpergian jauh. Setelah zaman teknologi semakin maju muncul mobil dengan bentuk sederhana, disusul transportasi umum lain seperti bus dan bemo. 

Zaman semakin canggih lagi dan penduduk Indonesia semakin bertambah banyak serta konsumtif maka bermunculanlah mobil-mobil keren buatan dari negeri sebrang. Bentuknya pun beraneka ragam dengan fasilitas canggih serta modern pula. Selain mobil pribadi muncul pula alat transportasi umum lainnya untuk menghubungkan satu kota, pulau, bahkan negara seperti pesawat terbang dan juga kereta api. 

Kembali ke fenomena kendaraan transportasi umum, di Bandung sendiri memang masih banyak transportai umum dengan berbagi macam jenis, seperti angkutan kota dengan berbagi warna dan trayek, Bus, Taksi. Saya pun merasakan sendiri dengan naik angkot tersebut membantu dan mempermudah saya untuk berpergian kemanapun. 

Dari zaman angkot berjaya sampai sekarang tidak lagi berjaya saya alami dan rasakan. Teringat ketika SMP sangat kesulitan untuk naik angkot jurusan St.hall-cimahi. Setiap pulang sekolah harus berbut dengan teman-teman satus ekolah maupun beda sekolah. setelah lulus SMP pun saya masih merasakan hal serupa dimana saat zaman SMA harus berebut pula angkutan kota yang melintasi sekolah yang kebetulan berada di daerah TNI AU. 

Angkot saat itu diburu siapapun, namuan tidak hari ini. Roda kehidupan berlaku untuk mereka, tak bisa ada yang mengelak. Mereka perlahan-lahan tersingkir oleh transportasi online dimana mereka menerapkan sistem door to door dengan harga promo menarik. Salah satu hal yang menjadi daya tarik pun supir transportasi online yang keren, wangi, serta ramah karena perusahaan mengajarkan hal itu.
Selain penampilan sarana memudahkan dan dimudahkan pun diterapkan para pengguna transportasi online. Tinggal satu klik lewat smartphone, dalam hitungan 5-10 menit mereka sudah ada dihadapan penumpang. Tetapi dalam perubahan selalu saja ada pro dan kontra. Ketika gojek online ada, lihatlah! Para ojek pangkalan “marah” merasa tersisihkan dan mereka pun membuat aturan “zona merah” untuk ojek online. 

Hal serupa pun dilakukan Taksi online, ketika ada yang kedapatan memesan taksi online mereka menyalipnya seoalh mengajak ‘perang”. Yang biasanya menjadi korban adalah penumpang. Mereka terkadang harus rela diturnkan di tempat yang tidak seharusnya ataupun naik di tempat yang jauh dari lokasi adanya ojek pangkalan. 


Semua kembali pada diri sendiri, mengevaluasi terhadap perubahan dalam hidup. Dan yang harus diterapkan adalah hidup tak mungkin diam di tempat menerima takdir begitu saja. Harus ada inovasi dan perubahan. Alangkah baiknya para supir ojek pangkalan untuk melihat situasi perubahan zaman. Karena saya menemukan sendiri tuka ijek kreatif yang semula berada di pangkalan sekarang telah bergabung ikut menggunakan ojek online. Tanda mereka mau belajar, mau mengevaluasi, dan mau berubah. Berubah kepada kehidupan yang lebih baik untuk memenuhi dan melebihi pendapatan untuk sesuap nasi. 


Mereka pun harusnya berpikir Jika pola yang dilakukan begitu terus akan hilang dari sebuah peradaban dunia yang semakin maju dan cianggih. Mereka kaan jauh tertinggal. Rezeki menag sudah mengatur dan rezeki sudah tahu “majikannya” dan tugas kita berikhtiar dengan kreatif serta inovatif.
Jika kejadian demo dan bentrokan antara ojek online vs ojek pangkalan tersu terjadi saya dengan berani menyimpulkan Negara saya belum siap untuk mengalami perubahan teknologi. Negara saya masih “kaku” menalami perubahan zaman. Jika ini tersu terjadi saya bisa pastikan negara ini hanya akan terus menjadi negara berkembang bukan negara maju. Dari apa yang terjadi ini akhirnya saya tahu akan makna dari “belajar dari buaian sampai liang lahat”.

No comments:

Post a Comment

Bandung Creative Hub: Tempat Nongkrong Anak Bandung Zaman Now!

Akhir 2017 kemarin, saya menyempatkan dir untuk mengunjungi salah satu tempat fenomenal di kota Bandung. Tempat tersebut bernama “Bandung C...